JURNALPOST | Jayapura – Hidup segan mati tak mau. Mungkin peribahasa itu tepat jika menggambarkan keadaan pedagang pasar tradisional Entrop, Kecamatan Jayapura Selatan, Kota Jayapura, Provinsi Papua.
Puluhan los pasar yang berjejer terlihat tutup setiap hari. Beberapa toko buka, namun keadaannya sunyi pengunjung.
Para pedagang mengaku mengandalkan menjual daring (dalam jaringan) alias berdagang online untuk melanjutkan usaha perdagangan dan memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.
“Sudah dua tahun ini keadaan pasar seperti ini. Dibilang mati juga tidak, hidup juga tidak,” tutur Mina Payung Allo (35), yang berjualan pakaian bekas import kepada Jurnalpost, Senin (13/6/2022).
Mina mengatakan, biasanya ia membuka toko Rovino Jaya miliknya sekitar pukul 06.00 WIT. Namun jika anaknya masuk sekolah, toko baru buka sekitar pukul 09.00 WIT.
Usaha jual pakaian bekas dari luar negeri ini, ujar Mina, hampir 3 tahun dia geluti. Tetapi hampir setiap hari tak ada pengunjung yang datang. Terkadang bahkan seharian tak ada pemasukan sama sekali.
“Kadang hanya dapat uang 50 ribu, mana buat makan mana buat ongkos anak sekolah. Kadang sampai jam mau pulang tidak ada pembeli sama sekali,” kata ibu tiga anak ini dengan sedih.
Ia mengungkapkan, tokonya bisa bertahan karena berjualan online dan punya toko lainnya di pasar Hamadi. Namun kalau berharap dari menjaga toko di pasar Entrop, hampir tak ada hasilnya.
“Kalau online puji Tuhan ada lah (hasilnya),” katanya sambil tersenyum.
Meski begitu, ia mengaku tidak setiap hari online. Biasanya ia memasarkan dagangannya lewat facebook, dengan posting atau siaran langsung.
“Jadi saya dapat pelanggan itu dari online,” ungkap Mina.
Berdagang online, ujarnya, ia lakukan terutama jika ada barang baru yang datang. Biasanya setelah melihat postingan atau siaran langsung, para pelanggan datang ke tokonya.
“Tapi kalau mereka dapat alamat disini mereka datang, tapi kalau tidak mereka pulang. Soalnya tidak kelihatan pasarnya,” ujarnya.
Setiap hari Mina dan Michael (50), suaminya, menjaga tokonya sendiri karena mereka belum mampu untuk menggaji karyawan.
Menurut Mina, penyebab sepinya pasar Entrop yang terletak di belakang terminal Entrop ini adalah minimnya akses masuk ke pasar dan tidak adanya jalan masuk ke pasar dari terminal Entrop.
“Jadi pasar, dibilang pasar tapi letaknya tersembunyi,” pungkas Mina karena untuk mencapai pasar Entrop harus masuk ke dalam jalan kecil sekitar 150 meter.
Ia berharap ada upaya dari pemerintah untuk memasarkan dan membantu pedagang pasar Entrop agar pasar ramai pembeli.
Senada dengan Mina, pemilik toko Faraz Collection, April Widya (25) mengatakan, tokonya juga mengandalkan sosial media untuk menjajakan dagangannya.
“Harapannya pemerintah mempublikasikan pasar Entrop karena banyak sekali warga Jayapura yang belum tahu pasar Entrop,” kata April.