Menu

Mode Gelap
Kapan Musim Kemarau 2024? Begini Penjelasan BMKG Kota Semarang Dikepung Banjir Suhartoyo Terpilih Menjadi Ketua Makhamah Konstitusi 2023-2028 Bawaslu: Empat Kabupaten dan Kota di Papua Rawan Tinggi Dalam Pemilu 2024 GBT Siap Gelar Piala Dunia U-17

Lingkungan · 15 Mar 2024 16:05 WIB ·

Kapan Musim Kemarau 2024? Begini Penjelasan BMKG


Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam Konferensi Pers di Kantor BMKG di Kemayoran, Jakarta, 15/3/2024. (Foto: Tangkapan Layar) Perbesar

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam Konferensi Pers di Kantor BMKG di Kemayoran, Jakarta, 15/3/2024. (Foto: Tangkapan Layar)

JURNALPOST.ID – Kepala BMKG memprediksi musim kemarau tahun 2024 di sebagian besar wilayah Indonesia akan mundur dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Adapun puncak musim kemarau 2024, menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, diprediksikan terjadi di bulan Juli dan Agustus 2024.

“Jika dibandingkan terhadap rerata klimatologinya (periode 1991-2020), maka awal musim kemarau 2024 di Indonesia diprediksi MUNDUR pada 282 ZOM (40%), SAMA pada 175 ZOM (25%), dan MAJU pada 105 ZOM (15%),” ungkap Dwikorita Karnawati.

Dalam Konferensi Pers di Kantor BMKG di Kemayoran, Jakarta (15/3/2024), Dwikorita menjelaskan wilayah-wilayah mana saja yang awal kemaraunya diprediksi mundur.

Wilayah tersebut yaitu sebagian Sumatera Utara, sebagian Riau, Lampung, Banten, Jakarta, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, dan sebagian besar Kalimantan, dan sebagian Bali.

Sedangkan di wilayah Timur ada NTB, dan sebagian NTT, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Barat, sebagian besar Sulawesi Tengah, Gorontalo, sebagian Sulawesi Tengah dan sebagian Maluku.

Adapun wilayah yang diprediksi mengalami sifat musim kemarau di bawah normal yaitu di sebagian kecil Aceh, sebagian kecil Sumatera Utara, sebagian kecil Riau, dan sebagian Kepulauan Bangka Belitung.

Selanjutnya di sebagian Jawa Timur, sebagian Kalimantan Barat, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Selatan, sebagian Sulawesi Tenggara, sebagian Sulawesi Tengah, dan sebagian NTT.

Lalu di wilayah timur terdapat di Maluku Utara, sebagian Papua Barat, sebagian Papua Tengah dan sebagian Papua Selatan.

Sedangkan wilayah diprediksi mengalami kemarau di atas normal yaitu sebagian kecil pesisir selatan Sumatera Barat, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Sebagian besar Pulau Jawa, Bali, NTB, dan NTT.

Lalu sebagian Kalimantan Barat, sebagian Kalimantan Tengah, sebagian Kalimantan Selatan, sebagian Kalimantan Timur, sebagian kecil Kalimantan Utara.

Ke timur lagi ada Sulawesi Selatan di bagian selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, bagian utara Gorontalo, Sulawesi Utara, sebagian Maluku, sebagian Papua Barat, sebagian besar Papua Selatan.

“Sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami puncak kemarau pada Agustus 2024. Meliputi sebagian Sumatera Selatan, Jawa Timur, sebagian besar Pulau Kalimantan, Bali, NTB, NTT, sebagian besar Pulau Sulawesi, Maluku dan sebagian besar Pulau Papua. Ada juga wilayah yang mengalami puncak kemarau pada Juli 2024 dan September 2024,” terangnya.

Terkait El Nino

Terkait El Nino, Dwikorita menerangkan bahwa hingga awal Maret 2024 pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudra Pasifik menunjukkan El Nino moderat masih berlangsung dengan indeks 1,59.

Sedangkan di Samudra Hindia, pemantauan suhu muka laut menunjukkan kondisi IOD Netral. Fenomena El Nino itu diprediksi akan segera netral pada periode Mei-Juni-Juli 2024 dan setelah triwulan ketiga (Juli-Agustus-September) 2024 berpotensi menjadi La Nina-Lemah.

Sementara itu kondisi Indian Ocean Dipole (IOD) diprediksi akan tetap netral setidaknya hingga September 2024.

Sedangkan kondisi suhu muka laut di Indonesia diprediksi berada dalam kondisi lebih hangat, dengan kisaran +0.5 – +2.0 derajat celcius lebih hangat dari kondisi normalnya.

Dwikorita juga menyampaikan sejumlah rekomendasi kepada pemerintah dan masyarakat untuk menghadapi musim kemarau 2024.

BMKG mengimbau Kementerian/Lembaga, Pemerintah Daerah, institusi terkait, dan seluruh masyarakat untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau terutama di wilayah yang mengalami sifat musim kemarau bawah normal (lebih kering dibanding biasanya).

Wilayah tersebut diprediksi dapat mengalami peningkatan risiko bencana kekeringan meteorologis, kebakaran hutan dan lahan, dan kekurangan sumber air.

Pemerintah daerah, menurutnya, dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan.

Selain itu tindakan antisipasi juga diperlukan pada wilayah yang diprediksi mengalami musim kemarau di atas normal. Terutama untuk tanaman pertanian atau hortikultura yang sensitif terhadap curah hujan tinggi.

Penulis: Gerri Mulkhis
Editor: Djali Achmad

 

Facebook Comments Box
Artikel ini telah dibaca 9 kali

badge-check

Redaksi

Baca Lainnya

Suhartoyo Terpilih Menjadi Ketua Makhamah Konstitusi 2023-2028

10 November 2023 - 15:45 WIB

Mahkamah Konstitusi (MK)

GBT Siap Gelar Piala Dunia U-17

10 November 2023 - 14:33 WIB

Piala Dunia U-17 Indonesia

Cacar Monyet (Monkeypox): Penyebab dan Gejalanya!

9 November 2023 - 17:44 WIB

Cacar Monyet

Vaksinasi Cacar Monyet Diprioritaskan Bagi Penderita Homoseksual

9 November 2023 - 16:47 WIB

Cacar Monyet

Penyakit Cacar Monyet Melonjak, Waspada!

9 November 2023 - 16:15 WIB

Cacar Monyet

Selama Dua Hari Menteri Budi Arie Kunjungan Kerja ke Riau

24 Agustus 2023 - 14:58 WIB

Trending di Ragam