JURNALPOST, Jakarta – Bermaksud subsidi BBM dapat menyasar kepada pengguna secara tepat guna, faktanya pro dan kontra masih menyelimuti kebijakan yang satu ini.
Seperti diutarakan Deddy Ichwan Syah, seorang masyarakat Bogor, bahwa kebijakan subsidi BBM dalam implementasinya harus menggunakan aplikasi digital.
“Biar nanti bisa beli BBM Bersubsidi, tadi saya install ulang aplikasi layanan keuangan digital MyPertamina. Rupanya, aplikasi ini terintegrasi dengan aplikasi sejenis yaitu LinkAja,” kata Deddy dalam postingan di akun sosialnya, Sabtu (02/07).
Jadi untuk transaksi beli BBM, imbuh Deddy, pembeli harus punya dana di LinkAja.
“Karena penasaran, walaupun saya coba, namanya juga coba, (akhirnya saya instal aplikasi itu),” tutur pria asal Jonggol itu.
Untuk memastikan agar lebih berimbang, tim redaksi Jurnalpost akhirnya mencoba menginstal kedua aplikasi itu di Google Play Store. Yaitu aplikasi MyPertamina dan LinkAja.
“Tapi Ane disitu melihat disitu tertera biaya admin Rp.1.000. Sepertinya tidak berarti karena cuma seribu. Tapi Ane lalu berfikir, berapa banyak biaya admin yang bakal masuk ke LinkAja ke depan dalam transaksi beli BBM Bersubsidi,” pungkas Deddy.
Jutaan konsumen, tambah Deddy, pasti akan mengisi (top up) dana ke LinkAja, bisa beberapa hari sekali.
“Dengan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia tahun 2022 ini sebanyak 145 juta. Tarohlah yang beli BBM Bersubsidi hanya 10% berarti 14,5 juta. Maka sebanyak 14,5 juta dikalikan Rp.1.000 sama dengan Rp.14,5 milyar setiap transaksi akan masuk ke LinkAja dengan santai,” jelas Deddy.
Jika dalam sebulan, kata Deddy, katakanlah 14,5 juta pelanggan tersebut rata-rata 5 kali top up, maka 72,5 milyar akan melenggang masuk ke LinkAja.
“Itu dengan asumsi hanya 10% pemilik kendaraan yang beli BBM Bersubsidi loh. Kalau 20%, 30%, 50% atau lebih kalikan saja sendiri. Belum lagi kalau top up lebih dari 5 kali sebulan” tanya Deddy.
Baca juga:
Program Digital MyPertamina BBM Bersubsidi Butuh Pengawasan Ketat
RUU KIA Tentang Cuti Melahirkan 6 Bulan Disahkan
Sementara itu, anggota Komisi VII DPR RI Diah Nurwitasari menilai, program digital MyPertamina membutuhkan sosialisasi masif.
“Masih butuh sosialisasi dan penyempurnaan bagaimana melakukan upaya agar BBM bersubsidi dinikmati masyarakat yang membutuhkan dan tidak ada kebocoran ke industri atau kelompok pemilik kendaraan mewah yang mengonsumsi BBM bersubsidi,” harap Diah yang dikutip saat diwawancara Parlementaria, Kamis (30/6/2022).
Profil media sosial Deddy Ichwansyah:
https://www.facebook.com/deddy.ichwansyah.12?fref=nf
Penulis: Micky Wiyaya
Editor: Djali Achmad